Jelang Ratna di ambang senja
seperti memegang bola api
Seperti berpijak di Sahara
Ini bukan bigami, apalagi birahi
Sekedar menenun satin menjadi antalas
Lalu kumulus pun menumpuk
Membentuk klaver di sudut hati
Mencoba membungkam labiumku yang labil
Juga klarinet dan klavikor yang menjelentik
Mengeluarkan suara disonansi
Dan jejal otak yang berkutat
Berusaha keluar dari labirin
Yang kutahu akan membuatku distal
Kocoba lari ke Indraloka
Meminta suaka pada sang Indra
Tapi di sana hanya ada sang maestro
Yang juga tercekat oleh syair pujangga
Tanpa bisa beralibi atas insiden cinta
Lalu kucoba membelot ke neraka
Beraliansi dengan sang Ifrit
Memintaskan jalanku pada deteriorasi
Namun di gerbangnya aku pun insyaf, lalu kembali
Kucoba berpaling padaku sendiri
Dan kulihat Ratnaku di sini
Dengan wajah sendu kelana
Terlihat jelas visi yang begitu ekspresif
membayang dalam refleksi intuisiku