Jumat, 02 Desember 2011

Inikah Tanah Airku?

Kerontang berjalan mundur
Hujan dan angin berpacu meninggalkan kami
Satu persatu kami roboh meregang nyawa kehausan
Terjerat kerongkongan oleh sebilah belati panas
Leler mengucur menghanyutkan letih
Menunggu malaikat maut terkekek menyindir
Tiba-tiba kami melihat sebuah celah untuk bernafas
Namun, ah …. itu hanya fatamorgana
Takut, bekal kami belum siap
Rengsa melihat sanak renggut milik saudara
Angkat diri pun tak sanggup
Tangan menggenggam dendam, mulut mengulum dusta
Berbagai baju dipakai berbagai jalan disusur
Akal maya bekerja, Jimat ….. Jin … Jelangkung ….
Ada lagi yang lain,
Dengan tubuh dekil dan rambut terurainya
Sendiri bersalam, seorang bertepuk
Tertawa dan menangis berbaur saling bercengkrama
Takut bayangan sendiri akan menikam
Mengiris nadi, menampar pipi, berontak, teriak
Berharap tangan-tangan kekar itu lepas
Menutup kuping atas nasehat, lalu seorang dengan baju putihnya mendekat
Segera ia meringkuk, gemetar…. Lalu kembali teriak
Pergi ……. !, pergi ……… !
Orang berbaju putih itu merapat, lalu mencambuk berkali-kali
Kemudian teriaknya, “pasung dia !”
Kembali kami riuh, menangis sejadi-jadinya
Berharap hujan kembali turun untuk membasuh kami
Tapi hanya terik yang mampir ….
Sambil membawa racun yang dicekokkan ke mulut kami
Asap hitam memperkosa nafas kami membawa hawa kematian
Mengundang lalat berpesta di atas bangkai bayi-bayi kami
Semetara kami yang lain hanya apatis dengan fikiran bahwa ini bukan salah kami
Lalu kami bertanya, inikah cobaan-Mu ?
Atau kutukan bagi kami, Sang Pendosa!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar